Mengingati Allah mengantarkan pada ketenangan jiwa. Tenang dengan takdir-Nya, dikala susah senang, dikala sedih bahagia, dikala sempit lapang, dikala jatuh bangkit... yang ada hanyalah redha dengan jalan hidup yang ditetapkan Nya. Hidup senantiasa optimis karena yakin segalanya telah termaktub di Lauh Mahfuz. Dan ketetapan Nya adalah yang terbaik.
***
"Mengapa cepat sekali hatiku berubah....”. Sejenak iman kuat membara di hati. Tetapi lama kelamaan pudar dan semakin redup. Dulu bersemangat mengkaji dan mengamalkan Islam, kini terus surut oleh kesibukan dunia yang seakan tanpa penghujung.
Semakin diri tenggelam ke dasar lautan duniawi, nafas iman terasa semakin lemah dan akan mati lemas akhirnya. Kelemahan iman menyebabkan diri tersungkur di lembah dosa. Ibadah yang tidak berkwalitas, perlahan menjadikan diri jauh dari Allah, terseleweng dari jalan-Nya, terbenam dalam permainan nafsu syahwat, hingga kesulitan untuk kembali. Hati mengeras, nurani pudar, jiwa gersang, aqidah goyah dan iman meranggas.
Sungguh tiada kemalangan yang lebih dahsyat bila semacam ini berterusan hingga di pintu kubur. Wal'iyadzubillah.
Rusaknya amal bermula dari hati yang tidak dapat khusyuk. Penyakit akan bertambah apabila terjadi kemalasan ketika beribadat. Berjumpa dan berhubungan dengan Allah tanpa wujud perasaan seolah-olah kosong dan hampa. Melakukan sekedar diri terlepas kewajipan tanpa merasai kemanisan ibadat. Penyebab hilangnya khusyuk ialah hati terlalu keras itu.
Rekreasi bisa meredakan ketegangan, menuruti selera dan shopping bisa mengobati kebosanan, memakai pakaian yang indah dan mahal tidak dilarang, membeli perhiasan dan apa yang menyukakan hati boleh melahirkan kesyukuran kepada nikmat Allah Taala.
Akan tetapi, perkara begini kadang-kadang membuat lalai. Berlebihan dalam memanjakan diri, akan melemahkan semangat perjuangan hidup. Mengaburkan mata dan hati dan akhirnya larut dalam kesibukan dunia hingga melupakan akhirat.
Tidak menghadiri majlis ilmu atau pengajian, bisa menyebabkan lupa dan hilang pedoman hidup, tidak jelas arah dan tujuan. Siapa diri ini, berasal dari manakah dia, mau ke mana dan apa yang mau dicapainya? Manusia yang lemah iman mudah kehilangan tujuan hidupnya. Untuk mendapatkan kembali pedoman hidupnya supaya tidak tersalah jalan, memerlukan hidayah iaitu ilmu Allah.
Hidayah perlu dikejar dengan mujahadah. Perlu dijaga dan dirawat agar tak terlepas dari genggaman. Setiap mukmin memiliki hati yang mampu berbisik mengenai keadaan imannya, siapakah yang paling mengetahui diri kita melainkan Allah Taala dan diri kita sendiri.
Kamis, 20 Desember 2007
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar